Tampilkan postingan dengan label 2016. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 2016. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 April 2017

Surat Cinta untuk Kalian, Para Pejuang

Hai teman-teman mantan tim KKN ku, 
Aku merasa aku harus menulis surat ini. maaf aku terkesan sangat lebay dan drama sampai harus menulis ini. karena masih ada yang belum tersampaikan di perpisahan tadi.
Aku tahu aku baru sebentar mengenal kalian, baru beberapa kali bertemu kalian. Tapi, awal mula kita bertemu, aku sudah jatuh cinta sama kalian. Aku merasa nyaman. Aku merasa 'pulang'. 
Aku tahu aku belum begitu hadir di tim ini, karena kecanggunganku untuk berinteraksi dengan banyak orang sekaligus. Tapi, aku selalu suka mendengarkan kalian, candaan maupun keluh kesah kalian.

The moment i met you guys, i knew i just found a home.

Kalian bagai rumah untukku. Rumah yang aku sulit untuk temukan akhir-akhir ini. Dan ketika rumah itu harus diambil, aku merasa kehilangan. setidaknya untuk sekarang.

Untuk Tengdu, Mb. Er, Mb. Maya, Aswin, Bang Zed, Titis. Maaf kalian harus melihat kelemahanku kemarin hari. Aku sebenarnya sangat benci untuk melakukan hal tersebut. Tapi hari itu dan momen itu, aku sedang lelah-lelahnya dengan kehidupan ditambah kemarahan itu. Aku bingung gimana harus bersikap, jadi aku memilih jalan pintas untuk menangis. Dan terima kasih sudah menemaniku saat itu.

Untuk teman-teman cluster soshum kece ku, 
Dyas: terima kasih untuk bimbingannya dan rumpinya selama ini. Terima kasih juga di tengah-tengah rapat bersedia membantuku menyelesaikan sebuah paper laknat. 
Sari: terima kasih sudah menjadi teman kkn pertama yang me-follow instagramku. Terima kasih sudah jadi pawang kucing di tengah-tengah rapat. Semoga kamu segera bisa mengadopsi kucing disini.
Niken: terima kasih buat pertemanannya. Terima kasih untuk berbagi tatapan bingung ketika ditanyain apa perkembangan cluster soshum kece waktu Dyas ga ada. 
Bang Zed: terima kasih buat cerita-ceritanya. Terima kasih juga buat air minumnya kemarin. Semoga kehipsteranmu membawamu pada jodoh yang berasal dari mana saja. Semoga tahun ini, Bang Zed bisa diberikan kemauan untuk menyelesaikan tulisan 30++ halaman itu. 
Aku akan rindu cerita-cerita horror kampus ugm kalian. Jangan lupa untuk ajak aku mendaki bersama. 

Untuk semuanya, aku mungkin kurang mengenal satu-per satu dari kalian. Tapi, aku merasa aku udah sayang kalian. Kalian sudah berada di tim yang tepat untuk berproses bersama. Dijaga ya keharmonisannya!

Ketika kalian punya keraguan di diri kalian, ingatlah bahwa tidak perlu IP 4 atau lulus cepat untuk menjadi yang terbaik. Cukup berpikiran terbuka dan memiliki kepedulian untuk jadi yang terbaik. Just like you guys. 

I love you guys, and you're part of the best people I've found. 
Good luck for your KKN, I believe that they are lucky to have you guys in that place. 

Cheers!

Selasa, 25 April 2017

Proteksi atau Diskriminasi? Hanya luapan kegelisahan.

Ah, sudah lama saya tidak menulis mengenai kegelisahan saya selama ini. Hari ini, semua kegelisahan saya sudah terbukti.

Momen KKN merupakan salah satu momen paling berharga bagi mahasiswa. Saat itu, kita sebagai mahasiswa dituntut untuk berproses dan beradaptasi dengan lingkungan. Namun, sayangnya momen tersebut tidak begitu ramah bagi orang-orang seperti saya (baca: orang yang dianggap memiliki 'kekurangan'). 

Pada umumnya, mahasiswa membentuk tim KKN yang beranggotakan strategis, begitu pun saya. Setelah berkali-kali ditolak, akhirnya saya menemukan sebuah tim yang sangat inklusif menurut saya. Terdiri dari berbagai macam sifat dan generasi membuat saya mengagumi kepribadian mereka satu per satu. Kebahagiaan saya untuk bergabung dengan mereka terancam karena alasan 'kesehatan' saya. Bagi yang belum tahu apa yang dimaksudkan dengan 'kesehatan' saya, begini ceritanya:

4 tahun lalu, saya mengalami kecelakaan motor dan membuat saya mengalami 'brachial plexus injury' dimana terdapat goresan atau bahkan putus saraf di pundak dekat leher bagian kanan saya. Hal itu membuat saya kehilangan sebagian besar kemampuan motorik maupun sensorik. Butuh waktu sekitar 6 bulan bagi saya untuk kembali beraktivitas dengan normal dan mandiri seperti memakai baju, menulis maupun hal-hal yang selayaknya dilakukan perorangan. 

Kembali ke permasalahan KKN. Dengan pertimbangan kondisi fisik saya, saya terancam untuk berada dipindahkan ke lokasi yang jauh lebih dekat. Saya sebenarnya tidak keberatan untuk berada di lokasi manapun, toh judulnya 'mengabdi'. Yang membuat saya sedih adalah bagaimana kapabilitas saya harus diragukan atau bahkan terhalang dengan kondisi fisik saya. Katanya, SOP yang mengharuskan saya untuk 'ditolak' seperti itu. Katanya, hasil kesehatan saya mengharuskan saya untuk seperti itu (meskipun saya dengar sebenarnya saya baik-baik saja dan dapat ditempatkan dimana saja). Yang paling membuat saya nyesek adalah kata-kata 'saya kan ga bisa me-review case-by-case karena kondisi kesehatan yang berbintang ada ratusan (saya lupa berapa). akan repot.'. Saya tidak bisa menahan tangis saya ketika saya mendengar itu. Kenapa? Karena saya merasa itu sebuah upaya men-generalisir suatu kondisi seseorang. Dan kasus saya, bukan lah kasus yang general. Kata 'repot' membuat saya merasa menjadi beban.

Saya paham maksud beliau dan orang-orang yang memiliki SOP adalah baik. Tidak ingin ada permasalahan kesehatan yang akan membahayakan individu tersebut atau pun tim. Namun, apa yang saya punya bukan lah masalah 'kesehatan' pada umumnya. Saya tidak punya kondisi kesehatan yang dapat membahayakan nyawa saya. Saya telah mempunyai ini selama 4 tahun. Saya lebih suka untuk berpikir apa yang saya punya bukanlah kekurangan, melainkan perbedaan. Dengan keterbatasan saya, saya masih bisa melakukan apa yang orang dengan fisik pada umumnya lakukan. Saya pergi ke gym, jogging, berenang (saya cukup ahli berenang), menyelam, main basket (masih harus beradaptasi), bahkan saya sedang berusaha untuk melakukan planking selama 1 menit (doakan saya!). Pada tahun awal saya memiliki ini, saya berhasil untuk melukiskan sebuah wanita di kanvas. Saya sering berpergian, membawa bawaan cabin saya yang mungkin mencapai 5 kg (atau lebih) dan menolak dibawakan oleh mas-mas ganteng bermata biru di Melbourne (disclaimer: mas-mas adalah pria berumur 30-45). Saya sudah terbiasa tersesat maupun berlari mengejar pesawat di bandara. Saya pergi ke konser dan harus bertingkah selayaknya pemain UFC karena kerasnya kontak tubuh dengan orang lain. Pada dasarnya, saya memiliki kemampuan seperti kalian yang memiliki fisik normal. Saya hanya punya cara yang berbeda untuk melakukannya. 

Saya sedih karena ketika saya mendapatkan kenyataan ini, saya berpikir bahwa masih banyak orang di luar sana yang belum cukup paham tentang ini. Saya baru memiliki ini selama 4 tahun tapi bagaimana dengan orang yang difabel sejak lahir? Apakah mereka selalu mendapatkan bentuk 'proteksi' yang berbeda tipis dengan diskriminasi? Bagaimana mereka harus menerima kenyataan untuk menjadi minoritas yang terkadang diabaikan kapabilitasnya? Saya sangat mengerti bahwa langkah-langkah yang diberikan dimaksudkan sebagai bentuk proteksi. Tetapi saya bisa jamin, tidak semua individu yang memiliki perbedaan ini nyaman dengan keistimewaan yang diberikan. Jujur, ketika awal saya diberikan ini, saya merasa nyaman karena saya diperhatikan dan diberikan keistimewaan tertentu. Lalu, saya mulai merasa gusar setelah setahun, rindu untuk diperlakukan seperti orang lain yang berfisik 'normal' dan mulai berpikir bagaimana mereka sebenarnya melihat saya. Apakah mereka melihat saya dengan tatapan mengasihani? 

Kegelisahan saya selama ini sudah terbukti pada hari ini. Saya dinilai berdasarkan apa yang terlihat maupun hasil tes kesehatan yang bahkan hanya berlangsung 5 menit atau kurang dan bukan dari apa yang bisa saya lakukan. Saya berpikir bahwa saya akan selalu diragukan atas apa yang saya punya ini, perbedaan ini. Mungkin memang saya terkesan egois karena hanya melihat dari sudut pandang sendiri, tapi saya percaya bahwa setiap individu berhak memiliki kesempatan untuk berkembang lebih besar dari batas-batas yang diberikan oleh masyarakat pada umumnya.

Dan untuk tim (atau mantan) KKN saya, terima kasih untuk penerimaannya selama ini. Setelah saya ditolak lebih dari 5 kali (mungkin karena tangan saya atau bukan), kalian menerima saya beserta apa yang dikatakan orang-orang sebagai kekurangan dengan tangan terbuka. Jangan menjadikan apa yang terjadi sebagai beban moral. Saya malah merasa berterima kasih di tengah-tengah keraguan orang-orang akan perbedaan saya, ada orang-orang seperti kalian yang mau percaya pada saya. Terima kasih karena telah membuat saya merasakan penerimaan di tengah-tengah penolakan. Maaf saya sudah merepotkan kalian dengan birokrasi yang sangat berbelit-belit. Maaf juga saya belum dapat berkontribusi dengan maksimal dan sesuai harapan. Saya baru bertemu dengan masing-masing dari kalian sebentar, tapi saya tahu kalian orang-orang baik. Orang-orang spesial. Semoga apapun yang terjadi nantinya, menjadi sesuatu yang berharga untuk dikenang.

Rabu, 13 April 2016

Thank You Notes for The Temper Trap

Music is one of the biggest influence in my life beside film and cooking (food). Even, music is the first escaping place for me. One of the most influential music for me is The Temper Trap.

Why The Temper Trap?
The first meeting between me and TTT was on a car's commercial. I was in junior high school when i heard this gentle and fine tune that stayed in my head for weeks. This commercial was using TTT's Sweet Disposition which was their most phenomenal song that year. I didn't know about that until one day, my best buddy, Chacha (also who was the true hero for introducing me to Panic! At The Disco) told me that there was an international band with indonesian as the frontman. It's very common after hearing that, my nationalism increased somehow. I think that's how nationalism in Indonesia works. It only increases when we got Indonesian popular in overseas or a common enemy. Anyway, as an Indonesian, I was so excited as my nationalism also increasing. And then I was getting to know TTT better, and fell in love with Dougy Mandagi. But later on, I change my 'senpai' into Joseph Greer. Why? I don't know, just a true love maybe. hahaha

First Meeting with The Temper Trap
On 2013, not long after I got drunk from TTT's songs, they were coming to Indonesia (Big Sound Fest) with Blur as the main guest. I was so excited and worried that I would lose that opportunity. So, in a bright day at school, in class, I borrowed someone's laptop to buy ticket on the first day! After I ordered, I just realized that I didn't have money. And yeah, I was that dumb. So, I began to call my dad and beg him. Thankfully, my dad was so supportive of whatever I wanted (to be). So, he bought me the ticket. And I was so lucky that my friend got an opportunity to meet them and I was allowed to meet them too. They were so kind and kind and kind and sooo kind. That day, I began to think that I'm gonna get all my dreams (film, food, music) and something big was coming for me.

Thank You Notes for The Temper Trap
Yeah, something big was coming for me. But not a good one. On June (a month after that), I got a major accident that made my right hand paralyzed. They said it could be recovered, but even until now, after 3 years, I'm not sure that it would work again. Anyway, the first 3 months was the hardest time in my life. I couldn't do anything, even it's hard for me to sit properly. I began desperate and crying every night. I forgot everything that I liked: film, food and music. I was so desperate until one day I opened my closet and found the t-shirt that I made. It was signed by The Temper Trap's members and Toby wrote like "amazing t-shirt, natasha!" on it. By seeing that, reminded me of The Temper Trap. I'm not trying to be dramatic, but their songs (somehow) boosted up my confidence and spirit. Almost all of their songs made me like want to punch an elephant. I like all their songs, especially Soldier On, Fools, Fader, Trembling Hands, Science of Fear, Sweet Disposition, Need Your Love, Miracle, Rabbit Hole, The Sea Is Calling, London's Burning, Rest, Leaving Heartbreak Hotel, My Sun, Resurrection etc. Almost every songs basically. Their genre also brought me to Twenty One Pilots, Miike Snow, Oh Wonder, AURORA, Foals and those kind of music. 
So, if someone who is related to The Temper Trap read this, man, please say thank you to them for me. Not only for boosting my confidence up, but  also introducing me to some good music. Tell them to keep making good music and inspiring other people (like me maybe?) because their songs are miracles. Also, good luck for their new album. I'm gonna find a way to buy it.

Their Comeback! 
As I said, TTT is coming back to Indonesia on August. I'm gonna be insane if I don't get to see their performance. There is one insecurity: that I would be discriminated at that festival. I know I sound ridiculous, but we don't know what could happen. But nothing can change my mind. Beside, I got plenty of back ups (my one and only Kak Antie, a mentor in fangirling world, also mother of one and other fangirling mates) that I'm sure would declare a war if I don't get a chance to see TTT and the Festival! (Kepedean abis) 

See you on August (for whoever read this and going to WTF!)

Kamis, 07 April 2016

Pejuang Nonton Mandiri v. Jomblo?

Selamat siang-pagi-sore-malam saat anda membaca ini. Bagaimana kabar anda? semoga kita semua diberi kekuatan dalam menjalani hidup ini.
Pertama-tama, jika (ada) yang bertanya mengapa membuat postingan blog ini? Saya termotivasi untuk menulisnya karena tadi sore, ketika saya bilang ke teman-teman saya bahwa saya ingin menonton 10 Cloverfield Lane, reaksi mereka hampir sama: "Kamu nonton sendiri???!!!". Saya sebenarnya cukup heran mengapa mereka (selalu) bertanya seperti itu. 

Saya sudah menjalani rutinitas tersebut (yang sekarang sudah tidak rutin) selama bertahun-tahun, sejak saya duduk di bangku SMA. Waktu itu lah di saat saya mulai mencintai film dan ingin mengapresiasinya sebaik mungkin. Salah satu bentuknya adalah dengan cara menontonnya di bioskop. Karena saking selonya saya dulu waktu SMA dan lagi cinta-cintanya sama film, hampir setiap minggu saya menyematkan waktu saya untuk ke bioskop. Untuk anak SMA, ke bioskop sesering itu adalah pemborosan uang jajan yang luar biasa. Jadi, saya mulai minta ditemani teman saya dengan iming-iming tiket mereka saya yang bayar.

Suatu ketika, krisis itu datang menerpa. uang jajan saya mulai menipis dan waktu ujian segera tiba. Dasar saya anak terlalu selo, saya terus menonton hingga tidak ada yang mau mengorbankan waktu belajar akademiknya demi menonton film di bioskop. Saya lupa film apa yang saya tonton pertama kali di bioskop sendiri, tapi film itu saya anggap sangat urgent untuk ditonton. Jadi, saya melangkahkan kaki saya ke Ambarrukmo Plaza dan membeli tiket film Indonesia yang saya ingin tonton pada saat itu. Perasaan saya pada saat itu adalah "It was not that bad". Kenapa orang-orang jarang melakukan itu??

Jujur, tradisi nonton bersama memang seru. Akan tetapi, ada keuntungan-keuntungan tersendiri saat kamu nonton sendiri, 
1. Kamu bisa khusyuk menonton film: karena kamu sendiri, tidak ada orang yang dapat diajak bicara atau mengajak bicara kamu (kecuali kamu sksd atau kamu disksdin)
2. Mungkin kamu bertemu jodoh: ketika kamu beli tiket dan melihat kursi terisi sendirian, duduk lah di sebelahnya. Kalau sedang beruntung, kamu mungkin bertemu jodohmu. Kalau kamu sedang apes, mungkin kamu bertemu saya....
3. Kamu tidak akan di-php-in: jujur saja teman-teman, kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama itu rawan sekali akan wacana. Begitu pula dengan menonton. Jadi, supaya kamu tidak di-php-in dan terus menunda-nunda, nonton sendiri adalah alternatif terbaik
4. Kamu akan dikira penikmat film sejati: pencitraan itu cukup penting, teman-teman.. anaknya presiden aja juga pernah ngomongin tentang pencitraan.. (maaf ga nyambung, maaf ya Kaesang)

Setiap hal pasti ada plus-minusnya. Selain keuntungan, ada kerugian juga, misalnya:
1. Kamu dikira jomblo: meskipun kamu jomblo atau tidak, pemikiran manusia-manusia sekarang adalah jika kamu pergi sendiri, makan sendiri atau nonton sendiri, kamu secara implisit mendeklarasikan diri sebagai jomblo
2. Kamu mendapat tatapan kosong dari mbak-mbak XXI: hal ini sering terjadi, terlebih lagi ketika saya sedang nonton marathon. Mbak-mbak XXI tersebut seolah sedang melihat kekosongan di diri saya
3. Kamu akan sering kali merasa canggung: hal ini terjadi pada saya ketika saya menonton A Copy of My Mind karya Joko Anwar. Film itu memang penuh dengan romansa. Dan saya tepat berada di tengah-tengah dua pasangan yang menikmati film tersebut. Saya merasa hina

Terlepas dari hal tersebut, saya tetap akan menjalankan ritual saya yaitu menonton sendiri karena saya merasa lebih nyaman dengan hal itu. Selain itu, saya pernah merasakan kerugian yang sangat mendalam akibat tidak menonton sendiri: melewatkan AZRAX. Seperti yang diketahui oleh dunia maya ini, AZRAX merupakan film yang sangat fenomenal dan awal kemunculan film cult Indonesia. Dengan budget 5M dan film dengan efek tulisan 3D yang sekontroversial itu, rasanya melewatkannya adalah penyesalan terbesar dalam hidup  saya. Tetapi, pilihan tergantung pada masing-masing individu. Mungkin saya hanya terlalu introvert untuk (sering) menonton bareng di bioskop.


Kamis, 21 Januari 2016

(OPINI) Trotoar Indonesia: Ruang Kegelisahan Pejalan Kaki

Baru-baru ini saya suka berjalan kaki untuk pergi ke tempat yang sekiranya masih dapat dicapai. Alasan pertama tidak lain karena faktor ekonomi yaitu penghematan. Keadaan saya yang tidak dapat mengendarai kendaraan apapun dan tidak memiliki seseorang untuk mengantar jemput memaksa saya untuk selalu menggunakan jasa ojek baik online maupun tidak. Uang jajan saya pun lebih dari setengahnya hanya dihabiskan untuk ojek. Maka, saya memutuskan untuk memulai penghematan tersebut. Selain itu juga alasan kesehatan. Dikarenakan salah satu saraf pernapasan saya dikorbankan saat operasi, membuat saya harus berolahraga untuk mengembalikan kemampuan bernapas saya seperti semula. Saya memilih berjalan karena sangat mudah dilakukan dan tidak membutuhkan usaha berlebih bagi keterbatasan saya.

Saya memilih untuk berjalan dari kampus saya menuju tempat saya terapi di RS Bethesda Yogyakarta. Rute yang saya ambil berawal dari kampus saya (melewati perpustakaan UGM)- bundaran UGM- SMP N 1- Gramedia- RS Bethesda. Sesungguhnya saya kurang tahu berapa km kah jarak yang ditempuh. Tetapi, apabila saya menggunakan ojek 86, tarif normalnya Rp 10.000 dan ia mencatok harga Rp 2/meter. Jadi bisa kita simpulkan saja jaraknya 1 km.

Sebenarnya, jalan yang ditempuh sangatlah mudah. Hanya tinggal lurus lalu apabila bertemu perempatan Gramedia, belok ke kiri. Namun, di Indonesia tidak ada hal yang mudah bahkan untuk berjalan di trotoar. Saya dapat ibaratkan berjalan di trotoar Indonesia (setidaknya yang pernah saya alami) seperti mengikuti Ninja Warrior, penuh rintangan. Terkadang jalanannya miring, tidak rata, atau bahkan kita harus memanjat. Sampai-sampai saya berpikir mungkin kompetisi Ninja Warrior dapat diadakan di trotoar Indonesia secara alami. Rintangan apa saja yang dimaksud? Berdasarkan pengalaman saya kemarin, rintangan tersebut ada warung/pedagang kaki lima, perilaku pengguna kendaraan bermotor dan bahkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.

Warung/Pedagang Kaki Lima
Di jalanan yang saya biasa lewati, banyak tersebar warung/pedagang kaki lima di trotoar. Saya sangat menghargai kehadiran pengusaha-pengusaha independen Indonesia melalui warung/pedagang kaki lima yang tersebar di seluruh trotoar Indonesia. Dan saya juga paham bagaimana jasa mereka untuk menyelamatkan dompet-dompet para mahasiswa (termasuk saya). Akan tetapi, terkadang kehadiran mereka merupakan salah satu rintangan ala Ninja Warrior bagi pejalan kaki terlebih ketika mereka mendirikan warung mereka di sore hari. Saya pernah melewati salah satu warung yang baru didirikan oleh para penjualnya dan kaki saya hampir kejatuhan salah satu besi penyangga. Untungnya, saya sering menonton Ninja Warrior sehingga saya dengan cepat dapat mencegahnya jatuh. Dan untungnya pula, mas-mas penjualnya baik dan cekatan sehingga ia pun dengan tangkas membantu saya menghindari besi itu. Dibalik itu semua, sesungguhnya saya tidak menginginkan kehadiran mereka dihapuskan dari trotoar Indonesia. Saya menganggap kehadiran mereka merupakan salah satu ciri khas yang menguntungkan bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi, mungkin kehadiran mereka dapat lebih diatur lagi di trotoar seperti diberi batasan cakupan wilayah sehingga tidak seluruh bagian trotoar dimiliki oleh warung/pedagang kaki lima dan pejalan kaki dapat diberikan ruang untuk berjalan.

Perilaku Pengguna Kendaraan Bermotor
Bukan sesuatu hal yang aneh lagi apabila para pengguna kendaraan bermotor sering memarkirkan kendaraannya di trotoar. Sering kali pula kita dihadapkan pada ruang-ruang sempit diantara kendaraan-kendaraan yang terparkir tersebut dan memaksa kita untuk melewatinya seperti wanita-wanita WRP melewati kursi. Sayangnya, dapat dipahami bahwa tidak semua pejalan kaki pinggangnya sekecil itu. Hal ini tentunya sangat mengganggu kekhusyukan para pejalan kaki dalam menikmati perjalanan yang indah. Selain itu, sering kali motor menyerobot masuk ke trotoar dan hampir menyerempet pejalan kaki. Tetapi, perilaku pengguna kendaraan bermotor tidak selesai sampai disitu. Banyak pengguna (dari pengamatan saya) yang tidak sadar diri di kala hujan. Jalanan di Indonesia banyak yang tidak rata dan menciptakan kubangan air di pinggir jalan. Tetapi, sering kali motor/mobil tidak memperlambat jalannya ketika melewati kubangan tersebut. Berdasarkan hukum gaya (mungkin, i'm really bad at physics), tekanan dari atas tersebut membuat cipratan-cipratan indah ke sekitarnya. Bayangkan apabila ada pejalan kaki yang berada di sampingnya persis. Sejujurnya, saya dulu pernah mengalami hal tersebut ketika saya dibonceng menggunakan motor. Cipratan tersebut bukan hanya cipratan kecil teman-teman, tetapi ke seluruh badan. Maka, saya menobatkan perilaku tersebut sebagai perilaku (maaf) terbejat oleh pengguna kendaraan bermotor. 

Fasilitas Yang Disediakan Pemerintah
Di Yogyakarta, terdapat halte-halte bus Trans yang menutupi trotoar. Atau tidak ditutupi semuanya dan (lagi-lagi) memaksa pejalan kaki untuk mengikuti perilaku wanita-wanita WRP dengan melewati ruang sempit di belakang halte. Selain itu, uniknya terdapat pohon-pohon atau tanaman lainnya yang ditanam tepat di tengah trotoar. Saya paham bahwa pemerintah ingin membuat suatu ruang hijau di trotoar Indonesia, tetapi pertanyaan saya adalah harus di tengah banget pohonnya? Ada dua hal yang saya khawatirkan atas fasilitas pemerintah tersebut yaitu akses teman-teman kita yang menggunakan kursi roda dan teman-teman kita yang tuna netra. Jelas sekali dapat  dilihat lebar trotoar yang disediakan dengan penghalangan dari halte bus Trans maupun pohon sangat mengurangi akses teman-teman pengguna kursi roda. Bayangkan saja, saya yang berjalan saja harus berusaha sekuat tenaga melewati trotoar yang dihalangi halte bus Trans dan dengan ala-ala wanita WRP. Kalau sial, masih harus melewati motor penjaga halte bus Trans yang juga diparkir di belakang halte. Selain itu, bagi teman-teman kita yang tuna netra juga kesulitan untuk melewati trotoar. Di trotoar Indonesia sebenarnya sudah disediakan jalur penanda trotoar bagi para tuna netra yang berupa bulatan-bulatan menonjol. Akan tetapi jalur ini sering kali menabrak atau putus di tengah pohon yang berada tepat di tengah trotoar ataupun terhalang halte bus Trans. Hal ini tentunya sangat membatasi akses para pejalan kaki terlebih yang menggunakan kursi roda atau pun tuna netra.

Saya disini hanya menyampaikan pengamatan saya selama saya mencoba menjadi pejalan kaki di Indonesia. Apabila pemerintah mengharapkan warganya untuk berjalan kaki dan meninggalkan kendaraan pribadi, mungkin hal-hal yang saya sampaikan bisa dikonsiderasikan keberadaannya. Dan semoga para pejalan kaki di Indonesia senantiasa diberi kemudahan.

Sabtu, 16 Januari 2016

Jurnal Fangirling: Fedi Nuril akhirnya menikah!

Awal 2016 ini, kehidupan fangirling saya sedang berduka akibat pernikahan 2 orang yang sangat berpengaruh pada kehidupan fangirling saya. Pertama, ia bukan seorang public figure sehingga keberadaannya mungkin tidak begitu signifikan di masyarakat pada umumnya, pun keberadaannya sangat signifikan di hati saya. Akan tetapi, saya tidak akan membahas orang tersebut. Yang akan saya bahas adalah Fedi Nuril. Yang tepat ketika saya menuliskan ini, yaitu 17 Januari 2016 menikah dengan wanita yang disebut-sebut berasal dari kota yang sama dengan saya, yaitu Yogyakarta. Terdapat kebanggaan tersendiri ketika saya menuliskan kalimat tadi, tapi ya sudahlah...

Saya hari ini sengaja tidak menyalakan TV agar tidak melihat berita infotainment. Niatnya sih supaya hati fangirling saya yang rapuh ini tidak menjadi semakin rapuh dengan berita mengejutkan tersebut. Nampaknya dewi fortuna juga sedang bersama dengan saya karena saat saya menuliskan ini saya sedang dalam perjalanan ke Semarang. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir kegundahan hati fangirl saya.



Mengapa Fedi Nuril?

Jujur, kalau saja di malam yang sepi itu ia tidak berada di mimpi saya secara gerilya, mungkin keadaan hati saya menyikapi pernikahan hari ini akan baik-baik saja atau malah cenderung tidak peduli. Malam itu, saya berada di RS Premier Bintaro yaitu tempat dimana saya melakukan operasi demi kesehatan jasmani saya. Operasi tersebut memakan waktu 11 jam dan mengakibatkan 1 malam saya diinapkan di ruangan semacam ICU. 

Mungkin akibat lelah atau tertular sindrom ketemu artis yang ditularkan oleh suster ICU yang sangat excited melihat Once menjenguk seseorang (bukan saya tentunya) di ICU, malam setelah saya dipindahkan di kamar biasa, saya langsung mimpi mengenai artis. Dan somehow, itu Fedi Nuril. Sebelumnya, saya tidak memiliki ketertarikan khusus dengan salah satu pria ideal itu. Di saat teman-teman saya membicarakan tentangnya, saya sebagai anak (yang ingin dipanggil) hipster memilih pria yang lebih artsy untuk difangirl-in. Sebut saja Dougy Mandagi (The Temper Trap) ataupun Donny Alamsyah di video klip Andra and The Backbone yang hitamku dengan rambut gondrong basahnya. Akibat Fedi Nuril, saya menjadi fangirl untuk pria setipe dengannya seperti Marshall Sastra. Jadi, Fedi Nuril sebenarnya merupakan titik tolak selera atau bahkan kehidupan fangirling saya. 

Jangan bicarakan bagaimana mimpinya ya. Hingga sekarang, saya sangat malu untuk menceritakannya secara langsung. Meskipun begitu, mimpi tersebut sungguh sangat epik dan mengandung unsur horor serta memasukan salah satu teman saya dan motornya. Padahal sebelumnya saya belum pernah melihat motornya, tetapi ketika saya cerita mengenai mimpi saya ke teman saya yang lain, ciri-cirinya sama. Apakah ini salah satu pertanda bahwa saya memiliki indra keenam seperti yang dimiliki Joshua Suherman masa kecil di sinetronnya? Semoga saja tidak ya.

Surat (Agak) Terbuka Untuk Fedi Nuril

Kepada Fedi Nuril yang telah menikah seiring dengan dipublikasikannya tulisan ini,

Mungkin anda bertanya-tanya, ini manusia macam apa yang mau mempertaruhkan citranya dengan menulis surat yang sebenarnya tidak penting bagi nusa dan bangsa. Di saat teman mahasiswa saya berbondong-bondong menulis surat terbuka pada pejabat dengan mengutarakan kegelisahannya dan bahkan ada salah satu teman saya yang mengirimkan surat terbuka pada Ibunya untuk mengkritisi sistem keuangan perkuliahan, saya malah repot-repot mencemari hari paling bahagia anda dengan tulisan ini. Akan tetapi, itulah sebenarnya esensi fangirling. Kami tahu bahwa hal ini tidak penting untuk dilakukan dan tidak memiliki dampak langsung terhadap kehidupannya, but we'll do it anyway. 

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahannya. Gimana pernikahannya? Ramai lancar? Tidak ada tamu yang secara mengejutkan muncul padahal tidak diundang kan? Saya hanya khawatir saja mengingat undangan tersebut tersebar secara viral. Well, semoga pernikahannya sakinah mawadah warramah ya. 

Apa yang membuat saya tergerak untuk menuliskan (surat) ini untuk anda adalah karena saya cukup terkejut dengan pernikahan yang ada tanpa berdamai dengan hati fangirl saya dahulu. Akan tetapi, siapalah saya ini, hanya seonggok daging yang terpesona akan kharismamu di mimpi yang bahkan belum menonton salah satu film terlarismu yaitu Surga yang Tak Dirindukan (saya akan beli DVD originalnya secepatnya kok!). Maaf kalau misalnya tulisan ini sangat mencampuri kehidupan pribadi anda, hal ini sudah seperti naluri fangirl yang saya miliki. 

Tentu di dalam hati seorang fangirl seperti saya ada kekecewaan ketika berita pernikahan itu tersebar. Di lingkungan pertemanan perkuliahan saya saja banyak yang sanubarinya terguncang mendengar berita tersebut. Tetapi tenang saja, hal itu tidak hanya terjadi pada anda. Saya yakin, itu juga terjadi pada hampir seluruh pria Indonesia ketika mendengar Dian Sastro menikah beberapa tahun lalu. Mungkin untuk beberapa saat, kami akan sedikit terguncang. Tetapi saya sebenarnya juga cukup bahagia mendengar anda akhirnya menikah juga. Sebagai pria yang sudah cukup matang, memang jauh lebih baik untuk menikah sekarang sebelum negara api menyerang.

Terlepas dari berbagai hal tersebut, saya salut dengan kemahiran anda untuk menyembunyikan hubungan yang sakral ini. Yang saya dengar, anda telah menyembunyikan ini dari tahun 2013? Subhanallah, saya bahkan susah untuk tidak menceritakan hal yang tidak penting seperti mimpi saya sehari saja kepada teman saya. Sungguh, saya salut.

Saya hanya ingin mengatakan bahwa jangan merasa terbebani dan terganggu akan kehadiran fangirl anda di luar sana (termasuk saya). Sesungguhnya, kami diciptakan untuk menyajikan hiburan pada anda secara viral. Bisa dilihat melalui komentar-komentar lucu yang selalu dihadirkan oleh kami di Instagram yang dipenuhi foto-foto mempesona anda atau mungkin surat (agak) terbuka ini bisa jadi salah satu alternatif hiburan anda (semoga dibaca dan tidak menyinggung). 

Last but not least Fedi, kami sebagai fangirl anda akan selalu mengagumi anda tanpa melihat statusmu sebagai lajang, suami atau pun  ayah (seperti film mu yang baru) tanpa bermaksud merusak kehidupan pribadi anda. Dan jangan salah artikan afeksi kami terhadap anda (maupun keluarga anda). Semoga kehidupan anda bersama istri selalu diberkahi tanpa henti. 

Tertanda, Fangirl mu angkatan 2015 (bulan Agustus tepatnya) yang tidak terdaftar dalam fansclub

Surat kepada Sang Istri
Teruntuk istri seorang Fedi Nuril,

Hai, salam kenal. Saya takut salah memanggil nama anda karena saya belum tahu anda biasa dipanggil apa, tetapi saya dengar anda berasal dari Yogyakarta? Kalau begitu, kita berasal dari tempat yang sama. Pernikahan ini juga membuat saya merasa cukup bangga  dengan segenap semangat primordial, ada seorang Yogyakarta yang menikahi Fedi Nuril.

Saya sebagai fangirl Fedi Nuril ingin mengucapkan selamat menempuh hidup baru bagi anda dan Fedi. Saya tahu pasti akan berat bagi anda untuk mendengar berita atau pun kata-kata yang tidak menyenangkan dari fangirl yang masih terpukul dengan berita pernikahan ini. Tetapi dibalik itu semua, pasti ada fangirl yang senantiasa membantu anda dalam mengatasi hal tersebut. Tapi kalau tidak ada kata-kata negatif, ya alhamdulillah berarti hidup anda dan suami sangat diberkahi dan saya turut senang mendengarnya.

Anyway, semoga anda tidak menganggap surat ini sebagai sesuatu yang offensive dan menganggapnya sebagai hiburan. Saya tidak pernah bermaksud menyakiti hati anda. Dan saya sangat menghargai Fedi Nuril dan ada sebagai manusia yang memiliki ruang privasi. Saya hanya berusaha untuk mencurahkan keterkejutan saya dilihat dari perspektif seorang fangirl

Sekali lagi, semoga kehidupan berumah tangga anda dan Fedi selalu diberkahi dan tidak pernah henti-hentinya diberikan kemudahan. Terima kasih

Tertanda, seorang fangirl dari suami anda yang tak perlu anda khawatirkan keberadaannya


Transformasi: Tulisan, Pikiran dan Kehidupan

Hello, it's been awhile since i wrote my last post.

 Saya hanya akan memberitahukan bahwa akan terjadi perubahan dalam cara saya menulis. Dimulai dari yang paling sederhana: penggunaan kata 'gue'yang diubah menjadi 'saya'. Bukan bermaksud untuk menjadi sok atau gimana, tapi saya merasa 'gue' sudah tidak cocok lagi. Mungkin karena saya mulai terbiasa menggunakan bahasa baku dalam perkuliahan (ceilah!). Tapi saya harapkan jangan jadi spaneng ya...

Konten dari blog ini ga akan saya ubah. Masih tentang kehidupan (yang sebagian hina) saya. Saya sebenarnya ingin sekali terlihat akademis seperti teman-teman saya yang memiliki tulisan akademis. Tetapi, apa daya di saat teman-teman saya membaca Washington Post, saya masih sibuk membaca kapanlagi.com. Atau, ketika mereka menonton analisis ekonomi di Kompas TV, saya masih mantengin Insert siang dengan rasa penasaran kelanjutan curhatan Mulan Jameela di YouTube. Maaf terkesan promosi (toh yang baca dikit ini) Meskipun terdapat perubahan, saya memilih untuk tidak menghapus postingan blog saya sebelum ini. Kenapa? Bukankah itu berarti melanggengkan aib? well, itu memang aib. Tapi saya percaya, suatu kenangan butuh disimpan dengan baik, dipelajari dengan seksama sembari berjalan ke tingkatan kehidupan kedepannya. Ya, dan itu termasuk kealayan.  


Anyway 



 A lot of things happenned to me since 2013. When i said a lot, i mean A LOT! 2013 merupakan tahun yang jujur aja berat bagi saya. Ketika saya sudah memiliki rancangan indah akan kehidupan saya, tiba-tiba kecelakaan itu terjadi. Saya sekarang dapat dikatakan lumpuh di tangan sebelah kanan. Apakah itu suatu pukulan? Jelas. Kelumpuhan ini menghancurkan rencana saya, segalanya.


 Saya memiliki rencana untuk menjadi fotografer profesional yang akhirnya saya hapus karena saya menjual kamera dslr yang saya dapat dari orang yang baik hati. Saya sempat mencoba untuk berlatih menggunakan kamera tersebut,tetapi saya frustasi. Selain itu, impian saya sekolah di Australia dengan jurusan perfilman juga harus tertunda. Saya seharusnya lulus SMA menyusul mama saya di sana, tetapi nampaknya akan lebih susah untuk saya maupun mama saya untuk hidup di sana dengan kondisi tangan saya yang seperti ini. Kenapa saya bilang tertunda? Karena setelah saya lulus (saya sekarang kuliah di Jurusan HI), saya berencana untuk kuliah perfilman. Banyak yang bilang 'kamu ga takut boros umur?', selama itu mendekatkan saya pada impian saya (termasuk bertemu Abimana Aryasatya) saya akan terus berusaha untuk mengejarnya. Jadi, doakan ya!!

 Yang terakhir dan paling besar adalah lepas dari belenggu ayah saya. Jangan artikan secara harfiah ataupun negatif akan kata 'belenggu'. Ayah saya baik, dan termasuk bukan ayah yang otoriter. Bahkan, hampir semua kebutuhan materiil dipenuhi olehnya. Tetapi, saya merasa ada belenggu diantara kita. Sewajarnya orang tua, ia ingin yang terbaik untuk anaknya. Akan tetapi sayangnnya, saya terlalu keras kepala dengan apa yang saya inginkan. Misalnya, ketika pemilihan jurusan kuliah. Ayah saya membebaskan saya untuk memilih jurusan yang saya inginkan. Saya memilih Sastra Indonesia tetapi ayah saya melihat bahwa hal tersebut kurang cocok dengan kemampuan saya dan alhasil memilih jurusan HI sebagai hasil akhir. Selain itu, saya juga merasa terbebani dalam mengambil setiap keputusan yang saya buat. Ketika saya ditanggung oleh ayah saya, saya merasa bahwa setiap keputusan yang diambil oleh saya harus membahagiakan dan tidak boleh mengecewakannya. Ya, mungkin saya terkesan tidak pandai bersyukur (mungkin memang tidak). Saya akan berusaha memperbaiki hal tersebut.

Dibalik kelumpuhan ini, saya ternyata juga mendapatkan dampak positif kok. Dampak-dampak tersebut akan saya utarakan dipost selanjutnya (hopefully, kalo ga mager). 

 Itu aja sih yang ingin saya kabarkan pada anda sekalian. Maaf apabila ada yang menyinggung anda maupun siapapun yang anda sayangi. Silakan ditunggu postingan lainnya ya!